Senin, 13 Januari 2014

Analisis Kandungan Nitrat dan Fosfat Perairan Akibat Dari Aktivitas Pertanian Di Kawasan Pertanian Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya – Kalimantan Barat



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha meningkatkan produksi pertanian, baik kuantitatif maupun kualitatif, telah didukung dengan penggunaan pestisida dan pemupukan yang tinggi. Walaupun konsep pest management atau integrated pest control dilakukan, yaitu pestisida hendaknya digunakan sesedikit mungkin dan apabila diperlukan saja, namun pada umumnya usaha proteksi tanaman seringkali dilakukan dengan semata-mata mempertimbangkan bahwa hama dan penyakit tanaman harus dapat diberantas dengan mudah dan cepat, sekalipun keadaan ini hanya dicapai untuk sementara. Oleh karena itu pemberantasan hama dan penyakit tanaman hampir senantiasa diartikan penggunaan pestisida, sehingga bermacam-macam pestisida banyak digunakan yang juga menimbulkan berbagai dampak negatif (Sastroutomo, 1992).
Penggunaan pestisida untuk memberantas hama maupun penggunaan pupuk yang berlebihan selain akan memperbesar biaya pengeluaran dalam pemeliharaan tanaman, ternyata menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain terjadinya pencemaran lingkungan perairan, menurut Soemartowo (1991), pencemaran dapat terjadi di tanah, badan air atau sungai dan udara serta dapat menyebabkan terputusnya suatu tatanan rantai lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis organisme yang pada akhirnya akan menghancurkan ekosistem.
Aktivitas pertanian dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah dan badan air sekitarnya, akibat bahan-bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang digunakan secara luas dalam hal budidaya tanaman pertanian.
Dalam percobaan ini akan diamati beberapa parameter kandungan material kimia yang terkandung dalam sampel air yang meliputi : kadar nitrat (NO3-),  kadar fosfat (PO4), dan pH air dari beberapa sampel air di kawasan pertanian.


1.2 Tujuan Pengamatan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan pengamatan ini adalah untuk mengetahui dan mengukur kadar Nitrat (NO3ˉ)dan Fosfat (PO43+) air sungai sekitar perairan kawasan pertanian di Kecamatan sungai Kakap.

1.3 Manfaat Penelitian
            Hasil percobaan yang dilakukan ini akan memberikan informasi kepada dosen dan teman-teman mahasiswa tentang kandungan nitrat dan phospat yang terdapat dalam air sungai di sekitaran kawasan / areal pertanian di Kecamatan Sungai Kakap.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi. Air merupakan senyawa kovalen biner yang tersusun dari dua macam atom (H dan O) dengan rumus molekul H2O. Air adalah suatu senyawa kimia yang termasuk zat kimia yang dapat dijumpai dalam tiga fasa, yaitu gas, cair dan padat. Dalam bentuk gas, air terdapat di udara yang sumbernya dari penguapan air yang ada di darat dan di laut. Dalam bentuk cair, air terdapat di permukaan bumi dalam jumlah besar yaitu mencapai 97 % dari total ketersediaan air, sedangkan dalam bentuk padat terdapat sebagai salju dan es abadi sekitar 25 %. Pada ketiga fasa, secara kimiawi air tidak berubah dan mempunyai rumus H2O.
Air mempunyai daya larut tinggi, kepadatan dan panas tertentu. Dari kemampuan tersebut air mendukung keberadaan ekosistem alam di bumi, mendukung kebutuhan manusia dalam berbagai kehidupan terutama kebutuhan untuk minum. Air merupakan materi esensial dalam kehidupan. Bukti-bukti menunjukkan semakin tinggi taraf kehidupan, jumlah kebutuhan air semakin meningkat. Kebutuhan yang meningkat mendorong pengadaan sumber air baru, misalnya yang berasal dari air tanah, mengolah dan menawarkan air laut, maupun mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah tercemar seperti air sungai dan danau. (Winarno, 1986). Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
ü    Kelas Satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
ü    Kelas Dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

ü    Kelas Tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,   air   untuk   mengairi   pertanaman,   dan   atau   peruntukan   lain   yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
ü    Kelas Empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

























BAB III
METODE PENGAMATAN
Lokasi pengambilan sampel air terletak di areal pertanian Kecamatan Kungai Kakap kabupaten Kubu Raya, pada hari sabtu tanggal 9 November 2013 pukul 09.00 WIB.

 

3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
·       Botol plastik
·       ATK
·       Kamera
3.1.2 Bahan
·         Aquadest
·         Sampel Air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No.
Kelompok
Kandungan Nitrat (NO3-)  (Mg/L)
Kandungan Phosphate (PO4) (Mg/L)
Rerata pH
1
1
1.4
0.15
5.4
2
2
1.3
0.35
3
3
1.3
0.07
4
4
1.4
0.22
5
5
0.6
3.62
6
6
1.0
0.66
7
7
0.5
0.05
Rata- Rata
1.07
0.73
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, tentang  Analisis Kandungan Nitrat dan Fosfat pada Air Sungai Akibat Aktivitas Pertanian, dengan sampel air yang di ambil dari daerah pertanian di Sungai Kakap adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Andungan Nitrat dan Phosphate Pada Beberapa Sampel Air di Daerah Pertanian di Kecamatan Sungai Kakap.

Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu ion nitrat (ion-NO)3, kalium nitrat (KNO3), dan nitrogen nitrat (NO3-N). Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama – tama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah. (Harry Wahyudhy Utama, 2009).
FFosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhannya ( Alaerts, 1984).osf
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yang mengatur tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, kandungan nitrat yang baik untuk pertanian yakni < 10 ppm sedangkan kandungan fosfat yang baik untuk pertanian yakni <5 ppm
Dari hasil pengamatan kandungan rerata nitrat diatas masih baik untuk pertanian karena nilai kandungannya yakni 1,73 meskipun tempat pengambilan sampel air berbeda-beda. Seandainya kandungan nitrat diatas 10ppm maka air tersebut tidak  baik untuk pertanian. Mungkin dikarenakan kurangnya penggunaan pupuk, jumlah yang diberikan sedikit, dan sesuai kebutuhan tanaman. Sedangkan kandungan fosfat memiliki nilai yang berbeda-beda setiap kelompok dengan rata-rata 0,73ppm juga masih baik untuk pertanian berkelanjutan. Seandainya kandungan fosfat diatas 5ppm maka airnya tidak baik untuk pertanian karena telah tecemar. Kemungkinan disebabkan kurangnya penggunaan pupuk yang mengandung fosfat dan herbisida mengandung fosfat. Jadi, kandungan nitrat dan fosfat masih rendah baik untuk pertanian berkelanjutan khususnya daerah sungai kakap.
Dari data diatas terlihat adanya perbedaan kandungan nitrat dan fosfat pada lokasi lokasi pengambilan sampel air. Hasil tertinggi kandungan phosphate terdapat pada sampel kelompok lima sebesar 3,62ppm, hal ini terjadi kemungkinan dari akumulasi kandungan nitrat pada lokasi pengambilan sampel air tersebut. Dalam halnya pemanfaatan air sebagai bahan baku konsumsi, sekarang banyak produsen-produsen yang mengembangkan usaha pemanfaatan air yang diolah menjadi air mineral siap minum. Namun, dalam hal tersebut tidak semua air dapat dijadikan bahan baku air konsumsi ( air kemasan) karena berdasarkan PP No. 82 tentang pengelolaan kualita air dan pengendalian pencemaran air, kriteria air yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan baku air minum bila kadar nitrat yang terkandung pada air tersebut tidak lebih dari 0,5ppm dan kandungan phosphatenya tidak lebih dari 0,2ppm. Berdasarkan kriteria ini pula kita dapat menentukan bahwa air yang terdapat di sungai kakap tersebut tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum, karena kandungan  nitrat dan phospatnya tidak memenuhi kriteria sebagai bahan baku air minum.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Kimia Lingkungan Fakultas Pertanian terhadap kandungan nitrat dan phosphate pada daerah pertanian di sungai kakap, dapat diambilbeberapa kesimpulan bahwa:
ü  Kandungan nitrat dan phosphate yang terkandung di dalam sampe air masih dalam batas normal bila digunakan sebagai irigasi pertanian di daerah tersebut.
ü  Berdasarkan hasil pengamatan di laboraorium sampel air yang diamati tidak cocok digunakan sebagai bahan baku air minum berdasarkan PP No. 82 tentang pengelolaan kualita air dan pengendalian pencemaran air.

5.2 Saran
ü  Sebaikanya dilakukan pengamatan juga terhadap kandungan zat kimia organik lainnya yang terdapat pada sampel air tersebut.




DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor. 82 tentang pengelolaan kualita air dan pengendalian pencemaran air.

Anonim.2011. kadar fosfat dan nitrat http://christisactvty.blogspot.com.html. 
Diakses pada tanggal 14/11/2013 jam 11.25 WIB

Muhammad Agus Umar. Penelitian danau limboto. . Diakses pada tanggal 14/11/2013.

Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta.
Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk Uwai. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 51 hal. (tidak diterbitkan).

Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.